skip to main |
skip to sidebar
|
Bila Istri Lebih Alim dari Suami |
Bila Istri Lebih Alim dari Suami
Bismillah
Shalih dan baik pemahaman diennya. Salah satu karakter utama sosok lelaki dambaan muslimah. Tentu saja.
Suami adalah pemimpin rumah tangga dengan salah satu tugas utamanya :
”qu anfusakum wa ahlikum naro” jagalah diri kalian dan keluarga kalian
dari api neraka (QS. At Tahrim : 6).
Sedang ilmu dan
keshalihan adalah satu-satunya sarana yang mampu menyelamatkan manusia
dari neraka, dengan rahmat Allah Ta’ala. Dengan ilmu dan keshalihannya,
diharapkan suami dapat mengarahkan bahtera rumah tangga sampai tujuan
dan melindunginya dari badai fitnah dunia yang membinasakan.
Bersyukurlah jika anda mendapat suami yang seperti ini. Hanya saja,
takdir hidup yang harus dijalani setiap muslimah tidak selalunya
sempurna sesuai yang didamba.
Ada kalanya yang terjadi justru
sebaliknya, Istri kebih shalih dan lebih paham agama daripada suaminya.
Misalnya, suami lulus SMA sedang istri alumni pesantren yang tentunya
relatif lebih mahir dalam agama.
Apakah ini salah? Tentu saja
tidak. Bukankah petunjuk Rasulullah mengarahkan agar lelaki memilih
wanita karena agamanya, ilmu dan keshalihatannya? Jadi tidak salah jika
ada lelaki yang mencari istri yang lebih pintar diennya, lebih shalih
kepribadiannya dari dirinya. Sebab, dua hal inilah yang akan menyebabkan
”taribat yadaka” suami mendapatkan keberuntungan.
Artinya,
dalam hal keshalihan dan ilmu agama, tidak masalah jika ternyata istri
lebih unggul daripada suaminya. Bahkan boleh jadi suami harus banyak
belajar kepadanya.
Kalau ada yang menginginkan emansipasi
alias kesetaraan gender atau bahkan mengunggulkan gender sebagai wanita
atas laki-laki, disinilah tempatnya.
Buatlah diri anda sebagai
wanita setara atau bahkan lebih tinggi dari laki-laki, dalam hal ilmu
agama dan keshalihan. Bukan dalam hal kesempatan keluar rumah, memakai
kaos, menanggalkan jilbabnya atau pun jabatan politik.
Seperti
Abu Wada’ah yang menikah dengan putri Said bin al Musayib, imam besar
para Tabi’in, ulama yang sangat disegani bahkan oleh penguasa.
Abu Wada’ah adalah duda miskin dan murid dari Said bin al Musayib,
sedang putri Said bin al Musayib adalah wanita yang mewarisi ilmu juga
keshalihan yang luar biasa dari ayahnya.
Tadinya Abu Wada’ah
segan saat ditawari sendiri oleh gurunya agar menikahi putrinya. Tapi
karena Said bin al Musayib meyakinkan dirinya, akhirnya ia maju,
merengkuh anugrah terindah itu. Abu Wada’ah memuji istrinya dengan,
”Istriku adalah wanita yang paling cantik di madinah, paling hafal
kitabullah dan paling mengerti hadits Rasulullah dan paling paham
hak-hak suami.”
Jika anda mengalami hal seperti ini, jangan
sampai anda merasa tidak beruntung dijodohkan Allah dengan laki-laki
yang tak sebagaimana yang anda damba. Justru Allah tengah memercayakan
sebuah tugas mulia kepada anda sebagai pemegang kompas sekaligus
navigator dalam bahtera rumah tangga.
Sebuah kepercayaan tidak
akan Allah berikan kecuali kepada yang memang dipercaya oleh-Nya. Yang
perlu anda lakukan adalah membuktikan bahwa anda memang layak diberi
kepercayaan itu. Yaitu dengan memberikan seluruh ilmu dan teladan yang
baik untuk keluarga.
Atau barangkali khasusnya begini, anda dan
suami menikah dan sama-sama memulai rumah tangga tanpa bekal
pengetahuan Islam. Tapi kemudian Allah lebih dulu memberi hidayah kepada
anda daripada suami dalam mendalami Islam dan mengamalkannya.
Sama saja, ini juga merupakan amanah dari Allah. Amanah agar andalah
yang menjadi pelita di rumah tangga untuk meneranginya dengan cahaya
ilmu dan iman.
Ilmu adalah amanah. Di dalam kitab Syarh Ushuluts Tsalatsah dijelaskan bahwa kita wajib belajar dan melakukan empat hal,
1. Mencari ilmu,
Yaitu mengenal Allah (ma’rifatullah), mengenal Nabi-Nya (ma’rifatur
rasul), dan mengenal dien-Nya (ma’rifatud dien) dengan dalil.
2. Mengamalkan iimu tersebut.
3. Mendakwahkannya.
4. Bersabar atas segala gangguan dalam menjalani tiga hal sebelumnya.
Sebelum anda tahu (berilmu) anda wajib mencari ilmu (thalabul ’ilmi).
Setelah tahu, anda wajib mengamalkannnya semaksimal kemampuan anda.
Setelah itu mendakwahkannya. Nah, dalam hal dakwah, keluarga adalah
obyek dakwah utama anda. Orangtua, anak-anak termasuk juga suami.
Merekalah yang paling perlu mendapat siraman dakwah dari ilmu yang telah
anda dapatkan.
Yang terakhir adalah bersabar. Bersabar dalam
mencari ilmu, dalam mengamalkannya dan juga bersabar saat
mendakwahkannya. Dalam kondisi ini, nasihat untuk bersabar menjadi
nasihat yang paling anda butuhkan. Barangkali, akan ada kendala mental
yang cukup besar yang harus anda hadapi karena anda harus mendakwahi
”pimpinan” anda. Namanya suami ada kalanya kurang berkenan saat
dinasehati atau bahkan baru sekedar merasa dinasehati oleh
istrinya.Bahkan meski dengan bahasa yang sudah diperhalus sekalipun.
Saat inilah jamu kesabaran harus anda minum agar hati tenang dan
terhindar dari putus asa.
Tetap berusaha sebaik-baiknya dalam
berdakwah memanggul amanah dari Allah. Jangan menyerah meskipun berat
karena pahala di sisi-Nya sangatlah agung. Sekali lagi, buktikan bahwa
anda memang layak diberi kepercayaan ini. Jika sukses, anda benar-benar
akan menjadi anugrah terindah bagi keluarga anda. Wallahua’lam.
readmore »»
Home | Sitemap | About | Contact Us | Privacy Policy