Showing posts with label Manusia. Show all posts
Showing posts with label Manusia. Show all posts

02 March 2013

Orang yang Tertipu Dunia

Orang yang Tertipu Dunia
Manusia yang paling tertipu ialah orang yang tertipu akan dunia yang sementara hingga ia lebih memilihnya dan puas dengannya daripada akhirat. Sebagian dari mereka menyatakan, "Dunia itu kontan, sedangkan akhirat itu kredit. Dan, yang kontan itu lebih baik daripada yang kredit." 

Ada juga yang mengatakan: "Lebih baik benih yang kontan daripada mutiara yang masih dijanjikan." 

Yang lainnya juga berkata : "Kenikmatan dunia itu meyakinkan (pasti), sementara kenikmatan akhirat itu masih diragukan. Oleh sebab itu, aku tidak akan meninggalkan yang sudah pasti hanya untuk hal yang masih diragukan." 

Kesemuanya itu termasuk di antara bentuk bujukan dan tipu daya setan yang terhebat. Binatang yang tak berakal saja lebih pintar daripada mereka. Sesungguhnya, jika binatang itu takut pada bahaya, meski dipukul pun ia tak akan mendekati bahaya itu. Adapun mereka malah mendatangi sesuatu yang dapat membinasakan diri mereka dengan ragu-ragu antara percaya dan tidak. 

Orang yang seperti itu, jika ia beriman kepada Allah Swt., kepada Rasul-Nya, perjumpaan dengan-Nya, dan juga hari pembalasan maka ia termasuk orang yang paling celaka. Ini karena ia tahu dengan apa yang ia lakukan. Apalagi, bila ia tidak beriman kepada Allah Swt dan Rasul-Nya, ia pasti jauh lebih tersesat lagi. 

Jawaban bagi pernyataan mereka bahwa yang kontan itu lebih baik daripada yang kredit ialah jika memang yang kontan dan yang kredit itu nilainya sama maka benar bahwa yang kontan itu lebih baik, tapi jika yang kredit itu nilainya jauh lebih besar dan lebih mulia maka yang kredit itulah yang lebih baik. Apalagi, jika dunia seluruhnya itu nilainya hanya sekelumit dibanding nilai keutamaan akhilat. 

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari at-Tirmidzi, dari al-Mustaurid bin Syaddad bahwa Rasulullah Saw. bersabda: "Dunia, jika dibandingkan dengan akhirat ibarat seorang di antara kalian yang mencelupkan jarinya ke laut. Kemudian, lihatlah seberapa air yang tersisa di jarinya!” 

Maka dari itu, lebih memilih yang kontan daripada yang ditunda atau kredit termasuk perbuatan paling tolol dan seburuk- buruknya kebodohan. Jika demikian, ukuran nilai dunia secara keseluruhannya dibanding dengan akhirat, bagaimana ukuran umur manusia dibandingkan dengan akhirat? Bagi orang yang berakal, manakah yang lebih utama untuk dipilih, dunia fana yang sementara ini dengan konsekuensi terhalang dari kebaikan yang abadi, atau memilih meninggalkan sesuatu yang hina, kecil, dan sementara untuk mendapatkan sesuatu yang tak ternilai harganya, tak pernah terlintas dalam benak keindahannya, tak terhingga banyaknya, serta tak terbatas waktunya?! 

Adapun jawaban untuk orang yang menyatakan, "Aku tidak akan meninggalkan sesuatu yang meyakinkan (pasti) untuk meraih hal yang masih belum tentu (diragukan)" maka dapat dikatakan kepadanya, "Kamu mungkin ragu akan janji Allah Swt., ancaman-Nya, dan kebenaran Rasul-Nya atau mungkin kamu telah meyakini itu semua. Namun, bila kamu benar-benar telah meyakininya, kamu tentu akan meninggalkan hal yang kecil, terbatas, fana, dan sementara demi hal yang pasti, yang tiada keraguan di dalamnya, dan juga tiada terbatas. 

Jika kamu ragu maka renungkanlah ayat-ayat Allah Swt. yang menunjukkan atas adanya Allah Swt, kekuasaan-Nya, kehendak-Nya, keesaan-Nya, serta kebenaran para Rasul-Nya dalam menerangkan ajaran dari-Nya. Perhatikan dengan benar dan cermatilah ajaran itu hingga jelas bagimu bahwasanya ajaran yang dibawa oleh para rasul-Nya itu pasti benar serta tidak ada keraguan di dalamnya, dan bahwa yang menciptakan alam semesta ini adalah Tuhan pemelihara langit dan bumi Yang Maha Mulia lagi Maha Suci sesuai dengan apa yang telah diterangkan oleh para rasul-Nya. Barang siapa yang menisbatkan Allah Swt. kepada selain itu, ia benar-benar telah menghina, mendustakan, serta mengingkari ketuhanan dan kekuasaan-Nya. Ini mustahil dan tidak mungkin bagi setiap orang yang memiliki fitrah yang suci, berpandangan bahwa Allah Swt. itu lemah, bodoh, tidak menyiksa apa-apa, tidak mendengar, tidak melihat, tidak berbicara, tidak tahu apa-apa, tidak mendengar, tidak melihat, tidak berbicara, tidak memerintah, tidak melarang, tidak memberi pahala, tidak menyiksa, tidak memuliakan orang yang dikehendaki-Nya, tidak menghinakan orang yang dikehendaki-Nya, tidak mengirim para rasul-Nya ke segala penjuru kerajaan-Nya, tidak memperhatikan keadaan makhluk-Nya, dan membiarkan mereka begitu saja. Ini sangatlah hina dan sama sekali tidak cocok bagi satu-satunya Tuhan/Raja yang memerintahkan manusia. Maka, bagaimana mungkin Tuhan Yang Maha Jelas dinisbatkan kepada semua itu?! 

Bila manusia itu mau merenungi asalnya yang dari sperma sampai menjadi sempurna, pasti ia menyadari bahwa sesungguhnya Dzat yang memperhatikannya, serta menumbuhkannya tahap demi tahap tidak mungkin membiarkan dan meninggalkannya begitu saja, tidak memerintah dan melarangnya, tidak memberitahukan hak serta kewajiban kepadanya, tidak memberinya pahala, dan juga tidak menyiksanya. 

Jika saja manusia mau memperhatikan dengan baik segala sesuatu yang ia lihat dan yang tidak terlihat olehnya, tentu itu semua menjadi bukti baginya atas kebenaran tauhid, kenabian, hari kemudian, dan bahwa al-Qur'an adalah firman-Nya. 

Ini telah saya jelaskan dalilnya dalam iman al-Qur'an, pada pembahasan mengenai firman Allah Swt.: 

"Maka, Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat, dan dengan apa yang tidak kamu lihat. Sesungguhnya, al Qur'an itu adalah benar-benar wahyu {yang Allah turunkan kepada) Rasul yang mulia,( Q.S. Al-Haaqqah [69] : 38-40)" 

Juga telah kami jelaskan dalam pembahasan firman-Nya:

"Dan, {juga) pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan?(Q.S. Adz-Dzaariyat [51] : 21)” 

Manusia itu sendiri sudah merupakan bukti adanya Sang Pencipta, keesaan-Nya, kebenaran para rasul-Nya, serta sifat- silat Nya yang sempurna. 

Sekarang, sudah jelas bahwa orang yang mengabaikan aturan Allah Swt. adalah orang yang tertipu, dengan dua alternatif, tertipu dengan keimanan juga keyakinannya dan tertipu dengan pendustaan serta keraguannya. 

Apabila kamu bertanya, "Bagaimana iman yang mantap tanpa keraguan terhadap hari kemudian, surga, dan neraka bisa diiringi dengan keengganan untuk beramal? Adakah manusia yang mengetahui bahwa ia akan diminta pertanggungjawaban di hadapan Sang Raja, sementara ia menghabiskan malamnya dengan terlena dan lalai akan bagaimana nanti ia akan mempertanggungjawabkan dirinya di hadapan Sang Raja dengan tanpa bersiap-siap dan tanpa bekal?" 

Dalam Islam, ini merupakan pertanyaan yang tepat dan banyak dipertanyakan orang. Sungguh, sangat mengherankan jika kedua hal itu berkumpul secara bersamaan. Enggan melakukan amal itu dilatarbelakangi oleh beberapa sebab: 

Pertama, lemahnya ilmu dan kurangnya keyakinan. Siapa pun yang menganggap bahwa semua orang itu ilmunya sama, ini adalah anggapan yang paling keliru dan tidak dapat diterima. 

Nabi Ibrahim As. Pernah memohon kepada Allah Swt. untuk diperlihatkan dengan jelas bagaimana Dia menghidupkan yang sudah mati setelah ia tahu akan begitu besarnya kekuasaan-Nya. Hal ini beliau lakukan supaya hatinya menjadi lebih tenteram dan agar apa yang telah diketahui sebelumnya secara abstrak dapat dibuktikan secara konkret

Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: "Kabar yang diterima tidaklah sama seperti apa yang dilihat secara langsung (nyata)." 

Jika ilmu yang lemah diiringi dengan tidak adanya penghayatan dalam hati atau kosong dari hati karena kebanyakan waktunya dihabiskan dengan kesibukan-kesibukan yang berlawanan dengannya dan disertai dengan tabiat yang bejat, hawa nafsu dan syahwat yang dominan, bisikan tipu daya setan, mengabaikan janji Allah Swt panjang angan-angan (khayalan), tenggelem dalam kelalaian, cinta dunia, meremehkan akibat, dan seterusnya maka iman tidak akan masuk di hati kecuali langit dan bumi yang berada dalam genggaman-Nya telah goyah. 

Oleh sebab itu, tingkatan iman dan amal manusia berbeda hingga pada tingkat iman yang paling rendah dalam hati. 

Semua itu kembali kepada lemahnya mata hati dan rendahnya tingkat kesabaran. Maka dari itu, Allah Swt. memuji para hamba- Nya yang memiliki kesabaran dan keyakinan yang tinggi serta menjadikan mereka sebagai para pemimpin agama. Allah Swt berfirman:

"Dan, Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar {dalam menegakkan kebenaran). Dan, mereka meyakini ayat-ayat Kami.( As-Sajdah [32]: 24)” 
readmore »»  



Perbuatan Zhalim

Perbuatan Zhalim
Pentingnya Kemasyarakatan dalam Ajaran Islam 
 
Sengaja kami memilih topik pembahasan ini, lantaran dosa yang dilakukkan di dalam tubuh masyarakat akan berbahaya dan menimpa masyarakat itu sendiri. Dan kami menghidangkan permasalahan ini agar dijadikan perhatian bagi setiap individu sehingga tidak terjerumus di dalamnya. 
 
Sebab, bahaya pertama pasti akan menimpa pelakunya, dan bahaya terakhir akan menimpa masyarakat tempat pelaku mukim.
 
Sekarang, marilah kita paparkan masalah ini secara detail. 
 
PERBUATAN ZHALIM 
 
Istilah zhalim secara bahasa berarti perbuatan yang melawati batas; menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya dan menentang kebenaran.
 
Menurut pengertian syara’, zhalim berarti melewati batas kebenaran dan cenderung kepada kebatilan. Ada yang mengatakan bahwa zhalim adalah menguasai hak milik orang lain dan melewati undang-undang Illahi. Orang-orang yang zhalim adalah orang-orang yang merampas hak orang lain termasuk di dalam kategori zhalim.
 
Penguasa yang tidak memberi potongan atau bantuan kepada rakyatnya di dalam memperoleh hak-haknya disebut sebagai zhalim.
 
Seorang qadhi atau jaksa, apabila keputusannya jatuh dari kebenaran, maka ia dikatakan sebagai zhalim.
 
Seorang teman yang berbuat khianat terhadap temannya sendiri juga dikatakan sebagai zhalim.
 
Seorang suami yang memperlakukan istrinya dan anak-anaknya dengan perlakuan negatif, maka suami tersebut termasuk zhalim.
 
Berdasarkan pengertian tersebut, Allah menurunkan syari’at-syari’at yang berdiri mutlak adil guna mengikis habis perbuatan zhalim. Jadi, andaikata seseorang tidak mau mengikuti syari’at Allah. Berarti ia telah melakukan perbuatan zhalim.
 
Penjelasan Al-Qur’an mengenai hal ini: “Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zhalim”.(Q. S. 5 :45).
 
Di dalam ayat lain Allah berfirman : “Barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zhalim,” (Q.S. 2 : 229).
 
Zhalim adalah penyakit yang berkaitan dengan masyarakat. Karenanya harus segera diberantas begitu kezhalimannya tampak dipermukaan. Apabila tidak segera diberantas, maka bahayanya akan mengancam seluruh masyarakat.
 
Al-Qur’an telah mengingatkan kepada kita pada salah satu ayat berikut ini: “Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan- Nya”. (Q. S. 8 : 25)
 
Apabila ada seseorang yang cenderung terhadap orang-orang yang berbuat zhalim dan menyenangi perbuatan zhalim, maka akan menyebabkan datangnya siksa neraka, sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an: “Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zhalim yang menyebabkan kamu disentuh Api neraka”. (Q. S. 11. 113).
 
Merajalelanya perbuatan zhalim di dalam tubuh suatu kaum akan mengakibatkan orang-orang jahat dapat menguasai pemerintahan. Dengan demikian maka seluruh masyarakat akan merasakan tindakan mereka yang zhalim itu akan menyalahgunakan jabatan yang mereka duduki.
 
Allah berfirman : “Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zhalim itu menjadi teman sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan”. (Q. S. 6 : 129).
 
Suatu masyarakat yang dikuasai oleh orang-orang yang zhalim adalah masyarakat yang berhak mendapat laknat Allah, dan berhak pula mendapat siksaan Allah, baik di dunia maupun di akherat.
 
Allah berfirman : “Dan (penduduk) itu telah Kami binasakan, ketika mereka berbuat zhalim dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka”. (Q. S. 18 : 59).
“(Yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zhalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk”. (Q. S. 40 : 52).
“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zhalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak”. (Q. S. 14 : 42).
 
Rasulullah saw. beberapa kali telah mengancam perbuatan zhalim lantaran akibat-akibatnya yang sangat membahayakan.
 
Di dalam hadits qudsi Rasulullah mengatakan:

 ياعبادي إنّى حرّمت الظّلم على نفسى وجعلته بينكم محرما فلا تظا لموا (رواه مسلم) 

“Wahai hamba-hamba-Ku sesungguhnya Aku mengharamkan perbuatan zhalim atas diri-ku dan mengharamkan pula perbuatan itu terhadap kamu sekalian. Oleh karena itu, janganlah kamu berbuat zhalim antar sesamamu” (Hadits riwayat Muslim) 
Nabi saw. pernah bersabda :

 انّ الله ليملي للظا لم حتّى اذا أخذه لم يفلته (رواه البخاري و مسلم) 

“Sesungguhnya Allah menangguhkan orang yang berbuat zhalim, sampai pada suatu saat Allah akan menyiksa mereka dimana mereka tidak bisa menghindarkan diri (Hadits riwayat Bukhori dan Muslim)”. 
Kemudian Rasulullah saw. membacakan ayat berikut : ‘Dan begitulah adzab Tuhanmu apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras”. (Q. S. 11 : 102). 
Rasulullah telah bersabda :

 من كانت له مظلمة لأخيه من عرضه اوشيئ فليتحلله منه اليوم قبل ان لا يكون دينار ولا درهم، ان كان له عمل صالح اخذ منه بقد ر مظلمته، وان لم تكن له حسنا ت أخذ من سيّئا ت صاحبه فحمّل عليه (رواه البخارى) 

 “Barang siapa berbuat zhalim kepada orang lain, baik yang menyangkut kehormatannya atau yang berhubungan dengan miliknya, hendaknya ia segera meminta maaf sebelum datang masanya dinar dan dirham (sudah) tidak berguna lagi (hari kiamat). Apabila ia mempunyai amal shaleh, maka amal salehnya akan diberikan kepada orang lain sesuai dengan perbuatan zalimnya, dan apabila ia tidak mempunyai amal saleh, maka dosa saudaranya akan dibebankan kepadanya sesuai dengan perbuatan zalim yang dlakukannya (Hadits riwayat Bukhori)” 
 
 Dalam kesempatan lain Rasulullah saw. pernah bersabda mengenai masalah perbuatan zalim ini:

 اتدرون من المفلس؟قالو: المفلس منّا.من لادرهم له ولا متاع،فقال:انّ المفلس منأمّتي مايأتي يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة، ويأتى وقد شتم هذا،وقذف هذا،وأكل مال هذاوسفك دم هذاوضرب هذا،فيعطى هذا من حسناته قبل ان يقضي ماعليه أخذ من خطا ياهم فطرحت عليه ثمّ طرح فى النّار. (رواه مسلم) 

“Apakah kamu mengetahui siapakah yang dinamakan orang yang muflis (tidak mempunyai uang)?. Para sahabat menjawab : ‘Orang yang muflis ialah orang yang tidak mempunyai uang dan harta benda’. Rasulullah lalu bersabda : “Orang yang muflis di antara umatku ialah orang yang datang besok di hari kiamat dengan membawa amal shalat dan zakat, selain itu ia telah memaki si anu; memakan harta si anu; membunuh si anu, dan memukul si anu. Kelak amal kebaikannya akan diberikan kepada yang disakitinya; apabila ternyata kebaikannya telah habis sebelum kesalahan-kesalahannya tertebus semua, maka kesalahan-kesalahan orang-orang yang disakitinya akan dibebankan kepadanya kemudian ia akan dilemparkan ke dalam neraka (Hadits riwayat Bukhori Muslim.) “.
 
Ada suatu riwayat yang mengatakan bahwa Nabi saw . ketika mengutus sahabat Mu”adz ke negeri Yaman, beliau berpesan kepadanya :

 إتّق دعوة المظلوم فإنّها ليس بينها وبين الله حجاب (رواه البخارى ومسلم

“Takutlah kepada do’anya orang yang dizalimi karena do’anya orang yang dizalimi itu dikabulkan oleh Allah” (Hadits riwayat Bukhori dan Muslim.). 
Rasulullah pun pernah bersabda :

 انصر اخاك ظالما اومظلوما، فقال رجل: يارسول الله انصره اذا كان مظلوما، أفرايت ان كان ظالما فكيف انصره؟قال: تحجزه اوتمنعه عن الظّلم فإنّ ذ لك نصره. 

“Tolonglah saudaramu dalam keadaan zalim ataupun dizalimi”. Salah seorang sahabat beliau bertanya : “Wahai Rasulullah, saya akan monolongnya apabila ia dalam keadaan dizalimi, tetapi bagaimana saya menolongnya sedangkan ia dalam keadaan zalim?”. Rasulullah menjawab: “Engkau harus menghalang-halanginya atau mencegahnya dari perbuatan zalim, itulah yang dimaksud dengan menolongnya” (Hadits riwayat Bukhori).
 
Sebagai penutup pembahasan ini, kami akan menyitir dua bait sya’ir yang telah dikatakan oleh salah seorang pujangga :

 لاتظلمنّ اذاماكنت مقتد را . فاالظّلم ترجع عقباه الى النّدم تنام عيناك والمظلوم منتبه يدعو عليك وعين الله لم ينم 

 “Janganlah berbuat zalim karena merasa dirimu kuat. Karena jika engkau berbuat zalim akibatnya akan menyesal. Kedua matamu akan tertidur; orang yang dzalimi terus terjaga. Ia berdo’a kepada Allah; dan Allah itu tidak pernah tidur”. 
readmore »»  



21 January 2013

Al-Quran Menjawab Pertanyaan Manusia

Al-Quran Menjawab Pertanyaan Manusia
Manusia Bertanya Qur’an Menjawab 

Manusia Bertanya : Kenapa aku diuji ?

Qur’an Menjawab : Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:” Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (Al-Ankabuut : 2). Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-Ankabuut : 3) .


Manusia Bertanya : Kenapa aku tidak diuji saja dengan hal-hal yang baik ?

Qur’an Menjawab : boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah : 216) .

Manusia Bertanya : Kenapa aku diberi ujian seberat ini?
Qur’an Menjawab : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al-Baqarah : 286)

Manusia Bertanya : Bolehkah aku frustrasi ?

Qur’an Menjawab : Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) , jika kamu orang-orang yang beriman. (Ali Imraan : 139)

Manusia Bertanya : Bolehkah aku berputus asa ?

Qur’an Menjawab : dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (Yusuf : 87)

Manusia Bertanya : Bagaimana cara menghadapi ujian hidup ini?

Qur’an Menjawab : Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (Ali Imraan : 200) Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (Al-Baqarah : 45)

Manusia Bertanya : Bagaimana menguatkan hatiku?

Qur’an Menjawab : Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal. (At-Taubah : 129)

Manusia Bertanya : Apa yang kudapat dari semua ujian ini?

Qur’an Menjawab : Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. (At-Taubah : 111)  
(Sumber Tulisan :Hakeem bin Zain)

 

readmore »»  



 
 

Home | Sitemap | About | Contact Us | Privacy Policy